Langsung ke konten utama

Hidup itu Butuh Kerja Keras




Kali ini aku akan menceritakan kisah perjalanan seseorang, hmmm..., tak begitu menarik, tapi mungkin ada pelajaran yang dapat diambil. Langsung saja.....

Berawal dari keinginannya untuk memenuhi janji kepada dirinya sendiri saat pemilihan jurusan di SMA, ya... IPS, itulah program yang dipilih. Saat itu banyak sekali teman-teman yang menyayangkan keputusannya, bahkan tak sedikit pula orang-orang terdekat  yang mencibirnya.

Masih teringat jelas kalimat yang diucapkan saat itu, "IPS itu seperti kurang gagah"
(dalam bahasa jawa tentunya) dengan nada bicara seperti memandang sebelah mata, namun ia mendengar semua omongan-omongan pedas "orang-orang itu". Dalam hati Ia hanya berkata,

 "Berikan saja bukti pada mereka, dan lihat bagaimana ekspresi mereka nanti."



Memang, saat ia telah memilih program IPS, di awal-awal ia telah bertekad pada dirinya sendiri untuk paling tidak mendapat peringkat di program ini. Bukan untuk mendapat popularitas, tapi untuk membuktikan pada "orang-orang itu"

Ya... tapi, di semester satu ia terlalu percaya diri, hingga ia sedikit terlena. Ketika waktu penerimaan rapor tiba, ia sedikit kecewa dengan dirinya sendiri. Kenapa ia tak bisa memenuhi tantangan "orang-orang itu" yang menganggapnya sebelah mata? Namun, ia mulai menenangkan diri, dan mulai berintrospeksi. Ia menemukan jawabannya, Selama ini ia hanya terlalu berharap lebih, namun tanpa diimbangi dengan usaha yang berarti. Itulah kesalahannya.

Di liburan UAS ia habiskan untuk berpikir bagaimana ia bisa mewujudkan apa yang menjadi tekad nya sejak awal. Saat masuk semester kedua, ia mulai bertekad untuk melakukan hal yang mungkin jarang dilakukan anak-anak lainnya. Ya... ia menambah waktu belajarnya, dan setiap ada ulangan harian biasa, ia anggap itu seperti UKK, jadi ia harus mendapat nilai di atas kkm di setiap ulangan dalam mapel apapun itu. Ia berusaha sekuat tenaga apapun resikonya nanti. Setiap tugas yang diberikan guru-gurunya ia kerjakan dengan sungguh-sungguh. Bahkan tak jarang ia sampai melupakan makan malam, sampai-sampai Ibunya menegur dan memarahinya, karena takut ia jatuh sakit.

Namun tak disangka, pernyataan " Diri sendiri adalah musuh terhebatmu" memang terbukti, ia berusaha mati-matian untuk mengalahkan dirinya sendiri, dan rasanya sulit sekali, bahkan sempat terucap dihatinya " Untuk apa sih aku berusaha sampai seperti ini? Toh teman-teman yang lain tak sebegininya. Santai sebentar lah..." Ya..., rasa malas itu sangat sulit dikalahkan.

Ketika hal-hal itu memenuhi otaknya, ia mulai memikirkan kembali motivasi-motivasi yang ia tanamkan di hati dan pikirannya, "aku ingin membuat ibuku sedikit tersenyum karena apa yang kulakukan" dan tentunya untuk membuktikan pada "orang-orang itu" bahwa IPS juga bisa, bukan hanya IPA. Ia ingin membuat mereka menelan kata-kata mereka kembali. Ia juga ingin membuat Wali Kelas nya senang, dan menepis anggapan buruk yang dilontarkan kelas lain terhadap kelasnya, memang ada beberapa hal yang benar, tapi tidak semua hal yang dicap pada kelasnya itu sepenuhnya benar. Mungkin teman-teman satu kelasnya menganggapnya aneh, ya.. ia bisa menerimanya, karena ia begitu serius ketika sudah menghadapi buku. Tapi entah kenapa, di kelas itu ia merasa nyaman, ia melihat sepertinya mereka bisa mengerti dia, mereka memahami apa yang ia lakukan, dan mereka memahami bagaimana wataknya. Mereka teman seperjuangan yang asyik, mereka menyenangkan, ia merasa inilah keluarga keduanya. Ia tak mau mereka dicap buruk oleh kelas lain. Ini kelas yang tak mungkin bisa ia lupakan, mereka membuatnya merasa apa yang terjadi akan baik-baik saja selama mereka bersama. Itulah kelasnya.

Di semester akhir kelas XI ini ia jalani dengan sungguh-sungguh. Namun seiring berjalannya waktu, muncul kalimat baru yang ia tanamkan dalam hatinya, "lakukan saja apa yang kamu bisa, dan biarkan Allah yang membalasnya"

Ketika pengumuman peringkat program saat apel pagi, Ia benar-benar terkejut ketika namanya disebut, memang hal ini sangat diharapkan sejak awal semester dulu, tapi saat ini ia hanya ingin melakukan apa yang bisa ia lakukan dengan maksimal. Jadi saat itu,  peringkat sudah bukan tujuan utamanya. Dalam hati ia tersenyum lebar.

"Akhirnya aku bisa membuktikan pada "orang-orang itu" bahwa anggapan mereka salah."


Walaupun akhirnya ia melarang untuk menceritakan hal ini pada "orang-orang itu" , itu bukan masalah buatnya, namun paling tidak, ia bisa membuat ibunya tersenyum, dan membuktikan pada dirinya sendiri. Selain itu ia juga menepis anggapan miring tentang kelasnya, mungkin teman-temannya tak sesempurna teman di kelas lain, tapi tak ada manusia yang sempurna, semua memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing, dan ia pun menerima keadaan mereka "OASSIST". Mungkin mereka menganggapnya terlalu mementingkan dirinya sendiri saat itu, sepenuhnya itu kesalahannya sendiri, ia terlalu tenggelam dalam usahanya untuk menghapus tinta hitam yang dicoretkan di atas nama "OASSIST". Ia bukanlah siapa-siapa, ia hanya manusia biasa yang mencoba berguna untuk keluarga dan orang lain. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tipe-tipe :D

This is a beautiful night :) , let's write again..... :) Ini soal kejadian saat kuliah, suatu moment, ada temen perempuan yang dandanannya agak beda dari biasanya, terus temen ane yang lain (laki) tiba-tiba tanpa rasa berdosa dan bermuka polos, nyletuk di depan temen-temen sekelas, ya.... gimana ya...., tahulah gimana perasan tuh temen ane yang perempuan :3 . Nah begini nih, yang mau ane bahas kali ini, sebenernya semua orang itu udah tahu apa belum sih???? atau mereka udah tahu tapi pura-pura nggak tahu???? Yang namanya laki-laki di manapun itu aslinya kan sama, mereka itu pengamat, suka melihat apa aja yang ada di sekitar, beda lagi kalo ikhwan-ikhwan yakkkk :D , ya itu...,ada 2 tipe laki-laki, yang pertama laki-laki pengamat yang ketika dia melihat sesuatu dia cuma diem doang, tapi aslinya juga mikir tanpa mereka utarakan apa yang mereka pikirin, yang kedua tuh...., tipe laki-laki pengamat yang ketika dia melihat sesuatu mereka berpikir lalu secara spontan (kebiasaan) me...

Eh (-_o)

Cinta, hmmm.... ngomong-ngomong soal cinta, aku jadi teringat perkataan seorang kawanku dulu ketika di suatu suasana sedang menunggu jam pergantian kuliah di ruangan yang sama. Sebenarnya berawal dari 1 kawanku dan 1 temanku yang sedang berbincang-bincang, aku tak begitu paham dengan perbincangan mereka, tapi karena mereka berbincang di sebelahku, fiuh..., aku yang sedang memikirkan sesuatu harus mendengar apa yang mereka obrolkan (-_-) , hhadeeehh males banget,,,, ehhh tiba-tiba kawan ku nyletuk "iki lho sangar, kuat banget" ya yg seperti itu lah intinya, aku tak begitu mengingat betul apa yang dia ucapkan, Ia sambil melihatku yang menunjukkan perkataan itu tertuju padaku, akupun sontak kagetlah (-_o), bisa kau bayangkan bagaimana mukaku saat itu, pasti kayak orang innocent lagi diintrogasi dadakan. Eh bro yang kau maksud aku kuat dalam hal apa? Dalam hal tidak jatuh cinta atau dalam hal tak menjalin hubungan tanpa status? , NB: by the way dalam KTP yang ada cuma status Kaw...

Terima Kasih Aku

Ketika tahun 2020 akan berganti 2021, apa yang kamu ingat setahun ini? Memang tahun ini tahun yang sangat berbeda. Yang patah, bahagia, masker, handsanitizer, cuci tangan, PSBB, berkelana berjam-jam mencari jalan pulang 🙃, deklarasi datang dan deklarasi pamit, dan kemudian datang lagi, perpisahan dengan rekan kerja yang hebat, pamit dengan anak-anak ,perjuangan berdesak-desakan saat pandemi, daaaaaan semua rasa yang datang menjelang akhir 2020. Semuanya terangkum menjadi satu, membentuk suatu kenangan yang bercampur aduk. Terima kasih Allah, Engkau menguatkanku. Terima kasih aku, yang sudah berjuang hingga detik ini dan akan terus berjuang hingga batas kemampuanku.